MENGURANGI PUTUS SEKOLAH YA HARUS BIKIN SEKOLAH
Tidak semua kecamatan se Kabupaten Grobogan memiliki Sekolah Menengah Atas (SMA) yang bisa menampung lulusan SMP. Kondisi ini perlu dicermati Pemkab Grobogan, terlebih Dinas Pendidikan (Disdik) Kabupaten Grobogan. Banyak pelajar kelas IX (SMT/MTs) mengaku bingung ketika ditanya meneruskan ke SMA mana setelah lulus nanti. sebab, belum semua kecamatan memiliki SMU atau sekolah setingkat lainnya. Karena jauhnya gedung SMA dari tempat tinggal, mereka kemudian berhenti sekolah, hal ini disebabkan biaya transportasi yang dikeluarkan cukup mahal.Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Grobogan Drs H Bambang Rusminto MM menjelaskan, Angka Partisipasi Kasar (APK) tingkat SMU baru mencapai 41% dari 95.813 jiwa penduduk yang baru berusia SMA (16 – 19 tahun), yang kemudian melanjutkan sekolah hanya 28.152 jiwa.Sementara Ketua Komisi D DPRD Grobogan, Misbah mengatakan, kurang meratanya keberadaan bangunan sekolah tingkat atas, merupakan salah satu penyebab banyaknya remaja putus sekolah. “Ini tentunya menjadi PR Pemkab Grobogan kedepan,” terangnya. Menurutnya, sudah kerap kali dilontarkan pada rapat anggota dewan bersama Pemkab bahwa dari data yang diperolehnya, sejauh ini SMU negeri baru ada di sembilan kecamatan, meliputi Kecamatan Purwodadi, Toroh, Geyer, Grobogan, Godong, Gubug, Wirosari, Kradenan, dan Gabus. Sebagian kecamatan lain merupakan SMU swasta, tapi kondisinya belum berkembang.Ditambahkan, keberadaan SMU negeri rata-rata sudah lama. Pihaknya meminta Disdik merintis pendirian SMU di kecamatan lainnya, seperti Kecamatan Ngaringan, Tawangharjo, Penawangan, Karangrayung, Kedungjati, Tanggungharjo, Pulokulon, Brati, dan Klambu.Menanggapi permasalahan ini, Bambang Rusminto merespon baik usulan dewan. Pihaknya akan mengajukan upaya perintisan berdirinya Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) baru di kecamatan yang belum ada SMU atau sekolah sederajad. “Jumlah SMK Negeri akan diperbanyak , “ujarnya. (Gus Murgan)