Lahan


Harga Jagung Mulai Meningkat .Masa panen jagung di wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, disambut gembira para petani setempat. Hal ini disebabkan harga jagung di tingkat petani mencapai Rp 2.300/kg. Padahal harga pada bulan lalu hanya berkisar Rp 1.900/kg."Baru kali ini harga jagung berpihak kepada petani," ucap Paryono, 65 tahun, petani asal
Desa Gedangan, Kecamatan Toroh, Grobogan."Permintaan dari luar kota cukup tinggi sehingga harga naik," ucap Paryono, yang sehari- hari mengirim usaha selepan ini. Hasil panen pun dirasa bagus. Dari lahan 3.000 meter persegi, Paryono mampu memanen jagung sebanyak 1 ton, dengan kadar air 16-17 persen. Jika harga Rp 2.300/ kg, setelah dipotong biaya menggarap Rp 1 juta, Sumardi meraup untung Rp 2 juta.Menurut Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Grobogan, HM Sumarsono, naiknya harga ini disebabkan keterbatasan panen, sementara permintaan barang cukup tinggi. "Soalnya musim kering, tidak semua wilayah panen," ujarnya.Selain untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang tinggi, permintaan untuk ekspor juga cukup banyak. "Amerika Serikat dan negara Barat sebagai penghasil jagung tidak melakukan ekspor ke negara lain," ujar Sumarsono.Jagung banyak digunakan untuk berbagai keperluan, misalnya minyak, gula, pakan hewan, pembuatan kue dan roti. Kabupaten Grobogan merupakan kabupaten pemasok jagung cukup besar di Jateng setelah Wonogiri, Blora, Temanggung dan Boyolali.Selain itu, Grobogan dikenal pula sebagai lumbung padi di Jateng. Untuk beras produksi per tahunnya 600.000 ton atau 5 persen dari produksi Jateng. "Kami berharap dua komoditas utama Grobogan ini masih bisa ditingkatkan untuk tahun-tahun mendatang," ucap Sumarsono.(Gus Murgan)

PETANI GROBOGAN LEGA ,AIR PADA MT 2 MENCUKUPI


PETANI di Grobogan, Demak, Pati dan Kudus, kini mulai sibuk mempersiapkan tanam padi musim tanam (MT) Oktober-Maret (Okmar). Hal itu mereka lakukan setelah air Waduk Kedungombo digelontorkan ke bagian hilir dalam debit besar yaitu 50.000 liter/detik, mulai kemarin.Meski telah digelontor dalam debit besar, namun air tersebut belum tampak penuh di jaringan irigasi teknis Sedadi Penawangan. Kartono (40), petani di daerah itu mengatakan, berdasarkan pengalaman tahun sebelumnya, air akan sampai di saluran irigasi teknis Penawangan dan sekitarnya setelah Bendung Sedadi di Desa Sedadi, Kecamatan Penawangan mendapat pasokan dari Waduk Kedungombo yang menggelontorkan airnya dalam debit besar.Sebelumnya selama beberapa minggu, tepatnya 1-26 September, waduk tersebut hanya menggelontorkan airnya ke bagian hilir dengan debit 200-250 liter/detik. Mengapa digelontorkan dalam debit kecil? Menurut Kepala Dinas Pekerjaan Umum (PU) Pengairan Grobogan Rudi Atmoko, bagian hilir digelontor dengan debit kecil karena airnya hanya berfungsi untuk memenuhi kebutuhan air bersih, termasuk PDAM. Selain itu juga digunakan untuk ngocortanaman palawija, terutama jagung yang volumenya tak seberapa.Namun mulai 26 September ini, Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Kudus yang berwenang mendistribusikan air waduk itu ke berbagai jaringan irigasi Kedungombo, menggelontorkan dalam debit besar untuk kebutuhan pertanian tanaman pangan, terutama tanaman padi.Penggelontoran 50.000 liter/detik tersebut dibagi melalui tiga bendung, yaitu Bendung Sidorejo Geyer, Sedadi Penawangan dan Klambu Kanan dan Kiri di Pengantin Klambu.Rudi mengungkapkan, penggelontoran 50.000 liter/detik itu akan digunakan untuk membasahi sawah-sawah petani yang menggunakan jaringan irigasi teknis Kedungombo di wilayah Grobogan, Demak, Pati dan Kudus.
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...